Sebel ketika vespa jadi boros, yuks perhatikan tiga unsur berikut yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar vespa kita jadi boros :
Terlalu irit, kondisi di mana kabut siap bakar belum ideal, pasokan oksigen masih terlalu banyak daripada pasokan bensin. Indikasinya, tenaga yang dihasilkan terasa lelet tidak bertenaga dan suhu mesin cepat panas (overheat). Biasanya bisa dicek dengan melihat kondisi busi yang kering berwarna merah bata.
Terlalu boros, hasil pengabutan juga masih bermasalah, pasokan bensin bensin terlalu banyak dibandingkan oksigennya. Alhasil karburator jadi sering kebanjiran atau ‘mblebek’, sulit dihidupkan. Indikator lainnya, kondisi busi basah berwarna hitam legam.
Solusinya, pemilihan ukuran lubang spuyer bensin (main jet) dengan bukaan spuyer udara (pilot jet) harus disesuaikan hingga ideal. Sehingga takaran bensin dan oksigen yang tercampur dalam bentuk kabut siap bakar tadi .
Nah, bunga api yang disulutkan oleh busi di ruang pembakaran terkait dengan beberapa komponen kelistrikan lainnya, di antaranya; kop busi, kabel busi, koil, platina/CDI, spul dan magnet. Kondisi sepaket penghasil dan penyalur percikan api tersebut harus dalam kondisi prima untuk menghasilkan proses pembakaran yang bagus.
Bunga api yang sempurna terlihat dari warnanya yang kebiru-biruan dengan panjang jilatan yang ideal. Warna api yang cenderung kemerah-merahan dengan jangkauan jilatan sangat pendek merupakan indikasi tidak optimalnya proses pengapian yang menjadi salah satu penyebab keborosan.
Sederhananya, penyetingan yang ideal pada komponen pengatur percikan api ini sangat erat dengan istilah TMA dan TMB. Jika memakai platina, pengaturan bisa dilakukan secara manual yang terkait dengan istilah ‘na’ dan ‘voor’. Sedangkan pengguna komponen CDI, harus jeli memeriksa kondisi dan posisi pulser.
Berikut 3 hal yang harus diperhatikan agar penggunaan bahan bakar optimal, selain kita harus jeli memperhatikan 3 hal tersebut dengan mempertahankan komponen asli juga dapat mempengaruhi pemakaian bahan bakar yang optimal.
1. Kualitas bahan bakar, dan Setingan Karburator.
Selain kualitas bahan bakar yang baik, kaburator-lah yang berfungsi sebagai dapur pembuatan kabut (oksigen + bahan bakar) siap bakar itu. Sistem konvensional ini memang memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan sistem injeksi. Pengukuran campuran ideal antara oksigen dengan bahan bakar sulit dihitung dengan angka dan setingannya rentan sekali berubah.Terlalu irit, kondisi di mana kabut siap bakar belum ideal, pasokan oksigen masih terlalu banyak daripada pasokan bensin. Indikasinya, tenaga yang dihasilkan terasa lelet tidak bertenaga dan suhu mesin cepat panas (overheat). Biasanya bisa dicek dengan melihat kondisi busi yang kering berwarna merah bata.
Terlalu boros, hasil pengabutan juga masih bermasalah, pasokan bensin bensin terlalu banyak dibandingkan oksigennya. Alhasil karburator jadi sering kebanjiran atau ‘mblebek’, sulit dihidupkan. Indikator lainnya, kondisi busi basah berwarna hitam legam.
Solusinya, pemilihan ukuran lubang spuyer bensin (main jet) dengan bukaan spuyer udara (pilot jet) harus disesuaikan hingga ideal. Sehingga takaran bensin dan oksigen yang tercampur dalam bentuk kabut siap bakar tadi .
2. Percikan api (listrik) yang sempurna untuk proses pembakaran (Busi).
Percikan listrik atau bunga api berguna untuk membakar hasil pengabutan sehingga menghasilkan tumbukan ke kepala piston yang dikonfersikan dalam bentuk putaran mesin atau daya kinetik.Nah, bunga api yang disulutkan oleh busi di ruang pembakaran terkait dengan beberapa komponen kelistrikan lainnya, di antaranya; kop busi, kabel busi, koil, platina/CDI, spul dan magnet. Kondisi sepaket penghasil dan penyalur percikan api tersebut harus dalam kondisi prima untuk menghasilkan proses pembakaran yang bagus.
Bunga api yang sempurna terlihat dari warnanya yang kebiru-biruan dengan panjang jilatan yang ideal. Warna api yang cenderung kemerah-merahan dengan jangkauan jilatan sangat pendek merupakan indikasi tidak optimalnya proses pengapian yang menjadi salah satu penyebab keborosan.
3. Timing pengapian harus optimal.
Timing pengapian berfungsi mengatur kapan harus terjadinya ledakan di ruang pembakaran. Hal ini sangat erat kaitannya dengan istilah Titik Mati Atas (TMA) dan Titik Mati Bawah (TMB) pada piston. Perangkat pengatur kapan terjadinya percikan api ini ada dua yakni yang bersistem mekanik yakni platina dan CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang bersistem elektronik/digital.Sederhananya, penyetingan yang ideal pada komponen pengatur percikan api ini sangat erat dengan istilah TMA dan TMB. Jika memakai platina, pengaturan bisa dilakukan secara manual yang terkait dengan istilah ‘na’ dan ‘voor’. Sedangkan pengguna komponen CDI, harus jeli memeriksa kondisi dan posisi pulser.
Berikut 3 hal yang harus diperhatikan agar penggunaan bahan bakar optimal, selain kita harus jeli memperhatikan 3 hal tersebut dengan mempertahankan komponen asli juga dapat mempengaruhi pemakaian bahan bakar yang optimal.
ConversionConversion EmoticonEmoticon